Setiap orang menua dengan cara yang berbeda-beda berdasarkan waktu dan riwayat hidupnya. Lansia adalah seseorang yang unik yang pendekatannya berbeda-beda antara satu lansia dengan lansia lainnya. Semakin bertambahnya umur manusia terjadi proses penuaan secara degeneratif yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri manusia, tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan, sosial dan seksual. Dalam hal ini yang paling dominan adalah perubahan mental meliputi rangkaian dari kehilangan, hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran diri, dan perubahan konsep diri. Dan juga perubahan psikososial diantaranya ialah kesepian, duka cita (Bereavement), depresi, gangguan cemas, parafrenia (suatu bentuk skizofrenia pada lansia), dan sindroma diogenes yang merupakan suatu kelainan dimana lansia menunjukkan penampilan perilaku sangat mengganggu.
Komunikasi menjadi hal yang sangat penting dalam sebuah hubugan. Tanpa komunikasi, hubungan tidak akan hangat dan dekat, atau bahkan tiak akan saling mengenal. Pola komunikasi akan menjadi ukuran kebahagiaan suatu keluarga. Pola komunikasi keluarga merupakan karakteristik, pola interaksi sirkular yang bersinambung dan menghasilkan arti dari transaksi antara anggota keluarga termasuk lansia.
Proses komunikasi dengan lansia harus memperhatikan beberapa hal yaitu faktor fisik, psikologi, dan lingkungan untuk menerapkan keterampilan komunikasi yang tepat. Selain itu, juga harus menggunakan konsentrasi penuh dalam berkomunikasi dengan lansia. Perubahan pada lansia juga mengakibatkan lansia mengalami kesulitan dalam komunikasi.
Dalam berkomunikasi dengan lansia ada teknik-teknik khusus agar komunikasi yang dilakukan berlangsung lancar dan sesuai tujuan yang diinginkan, yaitu:
- Teknik Asertif. Asertif adalah sikap yang dapat menerima dan memahami lansia dengan menunjukkan sikap peduli dan sabar untuk mendengarkan dan memerhatikan ketika lansia berbicara agar maksud komunikasi dapat dimengerti. Asetif merupakan pelaksanaan dan etika berkomunikasi.
- Reaksi terhadap fenomena yang terjadi pada lansia merupakan suatu bentuk perhatian yang dapat diberikan. Ketika terdapat perubahan sikap terhadap lansia sekecil apapun hendaknya mengklarifikasi tentang perubahan tersebut.
- Sikap ini merupakan upaya untuk tetap konsisten terhadap komunikasi yang diinginkan. Hal ini perlu diperhatikan karena umumnya lansia senang menceritakan hal yang tidak relevan.
- Perubahan yang terjadi pada lansia, baik aspek fisik maupun psikis secara bertahap menyebabkan emosi lansia menjadi labil. Perubahan ini dapat disikapi dengan menjaga kestabilan emosi lansia, misalnya dengan mengiyakan, senyum, dan mengaggukkan kepala ketika lansia berbicara.
- i Perubahan yang terjadi pada lansia menyebabkan proses komunikasi tidak berjalan dengan lancar. Klarifikasi dengan cara mengajukan pertanyaan ulang dan memberi penjelasan lebih dari satu kali perlu dilakukan agar maksud pembicaraan dapat dimengerti.
- Sabar dan Ikhlas Perubahan pada lansia yang terkadang merepotkan dan kekanakkanakan. Apabila tidak disikapi dengan sabar dan ikhlas akan menimbulkan perasaan jengkel sehingga komunikasi tidak berjalan dengan baik. Hal tersebut menimbulkan kerusakan hubungan komunikasi.
Menurut Zen (2013), dalam berkomunikasi dengan lansia ada beberapa teknik yang dapat dilakukan yaitu:
- Pendekatan perawatan terhadap lansia baik secara fisik, psikologis, sosial, dan spiritual serta menunjukkan rasa hormat dan keprihatinan.
- Berkomunikasi menggunakan bahasa yang baik dengan menggunakna kalimat sederhana dan pendek, kecepatan dan tekanan suara tepat, berikan kesempatan lansia untuk bicara, hindari pertanyaan yang mengakibatkan lansia menjawab “ya” dan “tidak” dan ubah topik pembicaraan jika lansia sudah tidak tertarik
- Komunikasi nonverbal yang meliputi perilaku, kontak mata, ekspresi wajah, postur dan tubuh, dan sentuhan
- Meningkatkan komunikasi dengan lansia yaitu dengan memulai kontak.
- Suasana komunikasi harus diciptakan senyaman mungkin saat berkomunikasi dengan lansia, misalnya posisi duduk berhadapan, jaga privasi, penerangan yang cukup, dan kurangi kebisingan.
Keluarga merupakan support sistem utama bagi lansia dalam mempertahankan kesehatannya. Peran keluarga diantaranya menjaga atau merawat lansia, mempertahankan atau meningkatkan status mental lansia, mengantisipasi perubahan sosial ekonomi, dan memberikan motivasi. Jika keluarga merasa kesulitan memenuhi kebutuhan lansia, diharapkan keluarga bisa meminta bantuan dari pihak lain seperti homecare dengan memanggil perawat jaga lansia dirumah sehingga lansia merasa terpenuhi kebutuhannya, akan tetapi keluarga juga tetap harus ikut serta dalam membangun komunikasi di dalamnya.