
Sudah tiga hari Kota Malang diselimuti mendung, padahal hari ini saya harus mengantar Mama kontrol ke dokter penyakit dalam. Mama mertua saya adalah penyintas stroke yang memiliki riwayat diabetes melitus. Sebulan sekali Mama harus kontrol ke rumah sakit untuk mendapatkan obat dan memeriksakan kondisinya yang sudah empat tahun mengalami stroke.
Ketika mengantar mama ke spesialis penyakit dalam inilah saya jadi tahu kalau diabetes melitus tidak mengenal usia. Saya melihat ada banyak pasien yang antri dan beberapa diantaranya kakinya mengalami luka disebabkan gula darah terlalu tinggi. Bahkan ada yang jari kakinya telah diamputasi.
Ternyata apa yang saya baca di internet bukan sekedar data karena saya melihat langsung di lapangan. Melalui laman p2ptm.kemkes.go.id disebutkan bahwa secara epidemiologi, diperkirakan bahwa pada tahun 2030 prevalensi Diabetes Melitus (DM) di Indonesia mencapai 30 juta orang.
Serem banget ya?

Diabates Melitus, Penyakit Mematikan Nomor 3 di Indonesia
Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh ketidakmampuan tubuh untuk memproduksi hormon insulin atau karena penggunaan yang tidak efektif dari produksi insulin. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam darah.
Menurut WHO diabetes melitus adalah penyakit nomor 3 mematikan di Indonesia setelah stroke dan jantung koroner. Angka kematiannya mencapai 40,78 per 100 ribu jiwa loh.

Nah kan, bukan hanya orang tua saja tapi yang muda-muda pun bisa mengalami. Lha wong di rumah sakit itu ya banyak anak muda (usia sekitar 25-30 tahunan lah). Beberapa diantaranya obesitas dan ke rumah sakit karena mengalami luka di kaki, sudah pakai perban gitu.
Luka pada Penyintas Diabetes Sulit Disembuhkan, Mengapa?
Hal yang paling mengkhawatirkan pada penyintas diabetes melitus adalah luka. Ya, luka yang sulit sembuh bisa menjadi petunjuk bahwa si empunya mengidap diabetes melitus. Oleh karenanya banyak orang yang tidak sadar jika gula darahnya tinggi sebelum memiliki luka.
Luka sekecil apapun pada penyintas diabetes tidak boleh disepelekan dan harus diatasi dengan tepat. Luka kecil yang diabaikan bisa menjadi luka besar, bernanah, hingga paling parah harus diamputasi. Naudzubillah.
Kadar gula tinggi, neuropati , dan daya tahan tubuh yang lemah menjadi salah satu sebab luka pada penyintas diabetes sulit disembuhkan. Oleh karenanya dibutuhkan perawatan yang rutin dan tepat agar luka tidak terinfeksi.

Membaca data dari Kementrian Kesehatan bahwa jumlah populasi lansia saat ini meningkat secara signifikan jika dibandingkan dengan 10 tahun ke belakang. Pada tahun 2020 Kementrian Sosial menyatakan jumlah lansia di Indonesia lebih dari 10% dari populasi penduduk pada 2020, mencapai 269,9 juta orang.
Konsekuensi dari kenyataan tersebut adalah perawatan jangka panjang tidak mungkin dilakukan sepenuhnya di rumah sakit. Padahal tidak banyak juga penyintas diabetes atau keluarganya yang paham cara merawat luka secara mandiri. Belum lagi kendala biaya yang tentu saja harus merogoh kocek yang dalam untuk konsultasi dan mendapatkan penanganan dari dokter.
Bagaimana pula jika yang mengalami luka tersebut berasal dari keluarga tidak mampu? Haruskah mereka kehilangan harapan hidup karena luka diabetes yang tidak sanggup mereka atasi?
Ahmad Hasyim Wibisono, Penyelemat Masa Depan Pasien dengan Luka Kronis

Adalah Ahmad Hasyim Wibisono yang memiliki niat mulia untuk memberikan harapan kepada pasien diabetes yang memiliki luka kronis. Bersama istrinya, Pak Hasyim mendirikan sebuah klinik di Kota Malang yang khusus menangani luka kronis akibat diabetes, luka tekan, hingga kanker yaitu Pedis Care.
“Pediscare itu secara latin kaki, jadi kakinya orang diabet yang luka gitu. Nah selain itu juga ada singkatan perawatan diabetes dan stoma.” Kata Pak Hasyim menjelaskan nama kliniknya.
Menurutnya saat ini banyak sekali pasien diabetes yang memiliki luka dan perawatannya tidak bagus. Sehingga dari waktu ke waktu lukanya semakin melebar dan kalau semakin parah akan membusuk. Akhirnya banyak yang berakhir di meja amputasi.
Ingin berbuat sesuatu untuk pasien yang divonis amputasi, Ia pun melatih skill dan mengupgrade ilmu cara merawat luka diabetes agar bisa sembuh dan tidak berakhir di meja amputasi. Menurutnya, kalau sampai diamputasi maka hidup pasien menjadi sulit karena tidak bisa bekerja dan menjadi beban keluarga.
“Hal inilah yang kemudian menjadi motivasi utama kami yaitu untuk menyelamatkan kaki yang berarti menyelamatkan masa depan pasien dan keluarganya juga.”
Pedis Care, Klinik Perawatan Luka Diabetes Pertama di Kota Malang

Saat berkunjung ke Pedis Care pada Kamis (22/12) lalu, seorang front office bernama Mbak Aini menyambut saya dengan ramah. Setelah mengabarkan jika saya ingin mengetahui lebih banyak tentang klinik perawatan luka ini, Mbak Aini mengajak saya ke lantai dua untuk menemui Mbak Rizkha selaku Kepala Divisi Marketing Pedis Care.
Sayang sekali saat itu Pak Hasyim sedang tidak ada di klinik karena harus mengajar. Beliau adalah salah satu dosen Pogram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FK UB).
Di lantai satu klinik ini ada meja resepsionis dan pendaftaran, dua ruang khusus perawatan luka, meja nurse station untuk divisi wound care, care giver, dan ruangan khusus divisi sarana prasarana. Sedangkan di lantai dua ada ruangan CEO dan Manajer Operasional, ruangan khusus divisi marketing yaitu tim kreatif (IT) dan tim penjualan, ruangan untuk penyimpanan barang dan pantry, serta ruangan untuk rapat dan diklat.

Menurut Mbak Rizkha yang bergabung dengan Pedis Care sejak tahun 2017 ini, Pak Hasyim berkolaborasi dengan istrinya, Bu Nanda untuk mendirikan klinik perawatan luka pertama di Kota Malang ini.
Pada tahun 2015 Pak Hasyim lulus S2 dari Universitas Indonesia (UI) dan berbekal pengalaman sebagai anggota aktif dari Australian Diabetes Educators Association (ADEA) dan Anggota aktif World Council Of Enterostomal Therapist (WCET), ia kemudian mendirikan Pedis Care.

Terletak di Jl. Banten No.6 Kota Malang, Pedis Care telah menangani lebih dari 200 pasien luka kronis yang parah. Beberapa diantaranya bahkan telah divonis amputasi. Semua personil yang ada di Pedis Care adalah perawat yang tersertifikasi di bidang perawatan luka. Kompetensinya pun sudah terstandarisasi nasional.
Awalnya Pak Hasyim mendirikan Yayasan Pedis Care pada tahun 2004 dan membutuhkan waktu kurang lebih satu tahun untuk mendapatkan surat izin praktik. Setelah Dinas Kesehatan melakukan visitasi barulah pada tahun 2015 Klinik Pedis Care dijalankan secara resmi.
Pedis Care, Klinik Perawatan Luka Diabetes Pertama di Kota Malang
Perjuangan untuk bisa menjalankan klinik tersebut tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Apalagi di tahun pertama dengan 3 staf yang dimliki, Pedis Care tidak memiliki pasien selama tiga bulan pertama.
Pak Hasyim dan istrinya ditambah seorang stafnya tidak patah semangat dan terus berusaha. Mereka mendatangi tempat praktik dokter untuk mempromosikan kliniknya.

Bu Endang berasal dari Kepanjen – Malang adalah salah satu pasien Pedis Care yang sembuh dari luka kronis setelah kurang lebih menjalankan 15 kali perawatan luka. “Saya punya luka, tapi bukan diabetes. Lukanya tidak sembuh-sembuh. Dibawa ke klinik dan dokter juga tidak bisa sembuh. Alhamdulillah tahu Pedis Care dari teman anak saya. Sekarang sudah tinggal sedikit.” Ibu Endang menceritakan pengalamannya
Mendapat sambutan baik dari para dokter yang tempat kliniknya mereka datangi, dua bulan kemudian Pedis Care didatangi satu per satu pasien. Pak Hasyim dan staf juga terjun ke masyarakat untuk memberikan penyuluhan dan edukasi.
Hal ini sebagai bentuk pelayanan agar masyarakat tahu bahwa ada solusi untuk menyembuhkan luka diabetes yang membusuk dan bisa dirawat hingga sembuh. Saat ini klinik milik Pak Hasyim pun terkenal sebagai tempat penyembuhan luka kronis.
“Kesulitannya adalah mensosialisasikan ke masyarakat karena ini kan hal yang baru, tahun 2015 pada waktu itu orang-orang nggak ngerti ya dengan perawatan luka khusus diabetes. Jadi kita menggunakan sosial media sebagai strategi. Youtube dan google SEO itu kita gunakan.” kata Pak Hasyim
Nah, sekarang Pedis Care sudah memiliki 16 orang manajemen dan 35 orang perawat fungsional. Jika kita berkunjung ke kantor Pedis Care jangan harap bisa bertemu banyak staf. Biasanya perawat fungsional akan datang ke kantor untuk mengambil obat dan keperluan perawatan saja. Selebihnya mereka ya door to door mendatangi rumah pasien untuk melakukan tugasnya.
Pedis Care berkomitmen untuk mengembangkan praktik keperawatan profesional di bidang perawatan luka, stoma dan edukasi diabetes bersama dengan instansi mitra di area Kota Malang. Selain itu juga meningkatkan akses perawatan luka, stoma dan pemberian edukasi diabetes yang berkualitas kepada masyarakat (pediscare.com)
Pak Hasyim juga menjelaskan bahwa sejak awal berdiri Pedis Care dibangun untuk memberikan pelayanan pada pasien-pasien luka diabetes terutama yang sudah jelek kondisinya.
“Banyak pasien kita itu yang sudah divonis amputasi sebenarnya, tapi kita bisa rawat sampai akhirnya sembuh dan enggak jadi diamputasi,” imbuhnya.
Pasien di klinik perawatan luka pertama di Kota Malang ini berasal dari semua lapisan ekonomi yang ada di Malang Raya dan sekitarnya, bahkan ada yang dari Kota Batu dan luar Kota Malang juga. Riwayat kedatangannya pun ada pasien dari rumah sakit dan juga pasien mandiri yang mendapatkan info tentang Pedis Care dari google.
Harga Perawatan Luka di Pedis Care dapat Menjangkau Semua Kalangan
Untuk biaya perawatan luka minimal Rp.100.000 dan belum termasuk obat luka dan jasa perawatan. Tergantung ukuran lukanya juga, semakin besar maka jasanya tentu semakin tinggi karena perawatannya semakin rumit. Jika ada pasien yang menginginkan untuk perawatan di rumah tentu akan ada biaya transportasi yang menyesuaikan jarak.
Nah, agar perawat satu dengan yang lain memiliki standar dalam pengukuran luka, pada tahun 2018 Pedis Care menggunakan aplikasi berbasis teknologi yaitu ND Kare untuk mengkaji dimensi luka dengan akurasi mencapai 80%. ND Kare juga berfungsi sebagai rekam medis sehingga perkembangan pasien dapat dipantau secara online.

Kalau untuk merawat luka diabetes apalagi yang sudah parah, sekali rawat bisa mencapai biaya Rp.400.000 an. Namun, kelebihannya di Pediscare ini perawatannya bisa seminggu sekali atau tiga hari sekali jika memang sangat urgent.
Bagaimana dengan pasien di Pedis Care yang kurang mampu secara ekonomi?
Pediscare menggelar program donasi melalui aktivitas penggalangan dana secara online. Caranya dengan mengadakan webinar amal dan open foundation melalui media sosial. Pediscare juga bekerja sama dengan lembaga sosial seperti rumah zakat untuk membantu pasien yang memiliki luka diabetes namun memiliki tingkat ekonomi menengah kebawah.
“Kami juga bekerja dengan rumah zakat untuk membantu pasien-pasien yang enggak mampu karena luka diabetes ini sekarang menyerang semua lapisan ekonomi ya. Nggak orang kaya aja tapi banyak juga masyarakat yang secara ekonomi sulit juga dapat kondisi kayak gini,” ungkap Pak Hasyim.
Program dan Layanan di Pedis Care
Klinik yang mengklaim sebagai perawatan no.1 di Kota Malang ini siap memberikan layanan prima kepada pasiennya. Adapun program dan layanan yang ada di Pedis Care antara lain pelayanan kesehatan berupa perawatan luka kronis dan pelayanan perawat care giver, pendidikan kesehatan, dan inovasi produk kesehatan.
Perawatan Pasien dengan Luka Kronis

Pedis Care melayani perawatan pasien dengan luka kronis seperti luka pada pasien diabetes dan luka yang sulit disembuhkan lainnya. Klinik ini menggunakan teknologi metode terkini yang telah mereka teliti selama kurang lebih dua tahun. Perawatan luka bisa dilakukan di klinik Pedis Care atau bisa juga dipanggil ke rumah.
Tidak seperti rumah sakit yang melakukan perawatan secara konvensional, Mbak Rizkha menjelaskan bahwa perawatan luka di klinik ini sudah modern dengan obat khusus sehingga luka cepat mengering.
“Perawatan dilakukan per 3 hari sekali. Senin perawatan, Kamis baru perawatan lagi. Cuma ada beberapa pasien yang dua hari sekali karena produksi cairan di lukanya terlalu banyak disebabkan diabetesnya parah. Ada juga luka kanker yang biasanya dilakukan perawatan 2 hari sekali,” detail Mbak Rizkha.
Pelayanan Perawat Care Giver

Di Pedis Care juga ada pelayanan perawat care giver yang memberikan pelayanan jangka panjang antara 12 hingga 24 jam di rumah pasien. Tugas perawat care giver adalah memenuhi kebutuhan dasar pasien, melakukan monitoring, terapi, serta menjalankan saran-saran dari dokter. Kondisi pasien pun dapat terpantau dengan baik dan terkontrol sehingga tidak mengalami perburukan sewaktu-waktu.
“Membikin layanan perawatan 24 jam di rumah. Perawatan jangka panjang di rumah, ada dokter visit dan fisoterapi. Jadi ibaratnya itu kayak buat profil nah one stop shopping, semua kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah bisa kita suplly.” Pak Hasyim menjelaskan layanan di Pediscare.
Keuntungan menggunakan care giver dari Pedis Care yaitu pemesanan dapat dilakukan melalui smartphone sehingga lebih praktis. Selain itu perawat yang bertindak sebagai care giver sudah ahli dan berpengalaman karena telah lulus pendidikan perawat. Care Giver yang disediakan oleh Pedis Care antara lain perawat jaga, homecare fisioterapi, dan homecare dokter.
Inovasi Produk Kesehatan

”Kebanyakan pasien kami petani yang jarang pakai sandal. Tidak kerasa tertusuk duri atau kerikil. Dibuatlah sandal yang khusus untuk pasien dan insolenya empuk sehingga mengurangi tumpuan dari atas karena kaki sebagai tumpuan tubuh,” kata Mbak Rizkha menjelaskan alasan diproduksinya sandal Pedis Care.
Hal itulah yang kemudian menginisiasi Pedis Care untuk memproduksi sandal khusus diabetes yang telah banyak didistribusikan melalui marketplace dan menjangkau customer hingga keluar kota se-Indonesia.
Alas kaki khusus ini bisa membantu pasien mencegah terjadinya luka sehingga akan memutus rentetan masalah yang akan timbul pada pasien diabetes. Sandal Pedis Care juga dilengkapi dengan insole yang empuk untuk mengurangi tekanan pada kaki sebagai penyangga tubuh.
Target pasar dari sandal diabetes ini adalah pasien dengan penyakit kronis seperti stroke, penyakit jantung, diabetes, serta kondisi kronis lainnya seperti lansia.
Inovasi produk kesehatan lainnya dari Pedis Care adalah alat peraga pendidikan berupa manekin luka kronis, Dermaline (plester silikon yang bisa menyamarkan bekas luka), dan prostetik (kaki palsu untuk pasien post amputasi.
Pendidikan Kesehatan

“Kami sekarang juga aktif bekerja sama dengan universitas-universitas, politeknik kesehatan, menciptakan generasi perawat masa depan yang berkualitas melalui program inbox training program magang.”
Pelatihan yang digelar dalam bentukseminar, webinar, dan workshop seperti Certified Wound Care Clinician Associae, webinar nasional dan internasional, serta workshop perawatan luka yang menghadirkan praktisi medis. Selain yang berbayar, ada juga seminar amal untuk penggalangan dana yang digelar 1-2 kali per tahun.
“Webinar amal biasanya 1 sampai 2 kali per tahun. 5% HTMnya akan dimasukkan ke donasi. Bisa dipakai pasien yang kurang mampu. Nah, hasil donasi ini nanti akan disampaikan saat kegiatan berlangsung atau biasanya dilaporkan melalui sosial media,” Rizkha menjelaskan.
Topik yang diangkat juga bervariasi tetapi yang jelas masih temanya seputar perawatan luka. Pedis Care menargetkan peserta dari perawat dan dokter karena setiap acara yang digelar akan menyediakan sertifikat dengan jumlah Satuan Kredit Profesi (SKP) yang tentunya dapat dimanfaatkan dalam meningkatkan pengetahuan dan kemampuan di bidang profesi.
Apresiasi SATU Indonesia Awards, Membantu Mewujudkan Harapan Pedis Care

Semangat yang dimiliki Pak Hasyim untuk menyembuhkan luka kronis para penyintas diabetes mendapatkan apresiasi dari perusahaan multinasional, PT Astra International Tbk. Pak Hasyim dan Pedis Care yang ia dirikan adalah inspirator di bidang kesehatan yang mampu memotivasi dan menumbuhkan harapan banyak orang untuk bisa terus memiliki tujuan hidup.
Astra pun memberikan apresiasi SATU (Semangat Astra Terpadu Untuk) Indonesia Awards pada tahun 2019 kepada Pedis Care yang diwakili oleh Pak Hasyim.
“Penghargaan SATU Indonesia Award membuka akses kami ke berbagai media, ke berbagai tokoh organisasi yang waktu itu memang aware dengan SATU Indonesia Awards ini,” kata Pak Hasyim.
“Astra ini memang sangat membantu kami melalui berbagai platform digital yaitu untuk memperkenalkan Pedis Care sehingga kita makin dikenal dan banyak pihak bisa bersinergi dengan kami” imbuhnya lagi.
Rizkha menambahkan bahwa Pedis Care juga semakin terkenal sejak menerima Astra SATU Indonesia Award. Jika dulu awalnya di Jl. Mayjen Panjaitan Malang masih ngontrak, kantor yang saat ini ditempati adalah milik Pedis Care sendiri yang mana pembangunannya juga sedikit banyak menggunakan dana yang diperoleh dari Astra.
“Astra membantu untuk membranding Pedis Care dan bantuan dananya dapat mengembangkan Pedis Care. Awalnya kontrak di Maijen panjaitan. Lalu saat pindah ke lokasi saat ini dapat bantuan sebagian dari Astra,” katanya.
Saat ini Pedis Care Malang telah memasuki tahun ke 7 dari operasionalnya. Klinik ini mampu bertahan bahkan saat dan setelah pandemi yang menganggap bahwa pandemi adalah media untuk belajar, terus berkembang, dan tidak menyerah.
Semakin meningkatnya jumlah klien dan jangkauan Pedis Care maka semakin bertambah pula sumber daya manusia (SDM), serta terus meningkatnya platform digital yang dikembangkan oleh Pedis Care. Oleh karenanya klinik perawatan luka ini memiliki harapan dan tujuan jangka panjang untuk bisa mencapai kota besar di pulau Jawa pada umumnya dan dimulai dari kota besar di Jawa Timur yaitu Surabaya dan Sidoarjo.
“Nah kedepannya kita sudah semakin mandiri, secara keuangan dan bisnisnya berkembang jadi tidak hanya sosial saja yang kita kembangkan. Secara bisnis online kita terus berkembang dan akan berekspansi ya ke berbagai daerah di Indonesia. Dalam waktu dekat lah target prioritas di tahun 2023,” katanya penuh semangat.

Pedis Care juga sudah membuka satu cabang Gondanglegi, Kabupaten Malang. tepatnya di Jl. Singajaya No. 50 Dsn Krajan Kec. Gondanglegi. Soft opening dilakukan pada 21 Mei 2022 lalu, berarti masih baru ya karena baru beberapa bulan saja. (dok. google)
Cabang Pedis Care di Kabupaten Malang ini adalah hasil partnership Pedis Care Malang dengan SMK Muhammadiyah Tujuh (Mutu) Gondanglegi. Ada dokter juga yang stand by di Mutu Pediscare yaitu pada hari Selasa, Kamis, dan Sabtu.
“Model kerjasamanya yaitu siswa jurusan keperawatan SMK Mutu Gondanglegi bisa melihat perawatan langsung sebagai model pembelajaran.” tutur Rizkha.
Komitmen Astra dalam memberikan penghargaan kepada anak bangsa dalam bidang kesehatan sangat bermanfaat agar masyarakat bisa terus berbagi semangat positif dan optimisme. Oleh karenanya, apresiasi yang diberikan Astra kepada Pedis Care dapat mewujudkan harapan yang mereka bangun untuk menyelamatkan kaki yang berarti menyelamatkan masa depan pasien dan keluarganya.
Semangat hidup para pasien yang ditumbuhkan oleh Pedis Care mampu membangkitkan nilai positif dalam membangun bangsa untuk Indonesia yang sejahtera. Terima kasih ASTRA! yang terus menginspirasi masyarakat Indonesia.
Sumber:
https://p2ptm.kemkes.go.id/artikel-sehat/diabetes-penderita-di-indonesia-bisa-mencapai-30-juta-orang-pada-tahun-2030
https://kumparan.com/kumparannews/diabetes-jadi-penyakit-paling-mematikan-nomor-3-di-indonesia-1yxVgCu2Iuk/2
https://surabaya.tribunnews.com/2019/12/31/jalan-lain-tanpa-amputasi-bagi-penderita-diabetes?page=2
https://mediaindonesia.com/humaniora/346598/tahun-ini-jumlah-lansia-106-dari-populasi-indonesia
https://koranjuri.com/perkotaan-kematian-akibat-dm-menduduki-peringkat-dua/