Magot/ Belatung Untuk Perawatan Luka Diabetes

Di berbagai negara saat ini telah banyak yang menerapkan metode  debridement dengan media maggot sebagai biotherapy. Di Indonesia sendiri perawatan luka menggunakan maggot belum diterapkan. Nancy Wigston mengemukakan bahwa magot tidak beracun bagi jaringan sehat.

A. Mekanisme Kerja Maggot

Mekanisme kerja maggot dalam penyembuhan luka terbagi atas tiga tahapan yakni:

  • Debridement luka dengan memakan jaringan mati tanpa menyentuh jaringan yang sehat
  • Aktifitas antimikroba untuk menghambat dan menghancurkan biofilm pada luka
  • Menstimulasi dan merangsang pembentukan fibroblast untuk mempercepat pembentukan jaringan granulasi

B. Kelebihan Terapi Maggot

  1. Terjamin steril
  2. Metode yang sederhana,cepat dan ekonomis
  3. Berdasarkan penelitian menyebutkan bahwa tingkat keberhasilan maggot sangat signifikan terhadap penyembuhan luka
  4. Terapi ini dapat diterapkan diindonesia karena iklim yang tropis memungkinkan ribuan populasi lalat ada di Indonesia
  5. Terapi ini membantu penyembuhan pada luka kronik yang resisten pada antibiotik

C. Kekurangan terapi maggot

  1. Belum ada sosialisasi mengenai perawatan luka menggunakan terapi maggot
  2. Masih sedikit spesies lalat yang diidentifikasi untuk digunakan sebagai perawatan luka
  3. Tidak semua jenis luka  dapat diterapkan dengan terapi maggot seperti luka kering dan luka yang berongga
  4. Banyaknya masyarakat yang belum mengetahui tentang terapi maggot sehingga persepsi masyarakat terhadat maggot sebagai hewan yang menjijikkan
  5. Penggunaan maggot steril tidak dapat lebih dari 48 jam disuhu dingin (4-8° C)

D. Indikasi terapi maggot

Indikasi untuk terapi larva ialah luka kronis yang tidak menyembuh disertai jaringan nekrotik. Sebagai contoh: ulkus akibat tekanan, ulkus venosa, ulkus diabetik, ulkus neuropatik (non-diabetes), ulkus iskemik/arterial, luka traumatik, luka bedah, tromboangitis obliterans, luka/ulkus pasca trauma, necrotizing fasciitis, pioderma gangrenosum, abses pada maleolus, osteomielitis sinus pilonidal, luka infeksi pasca bedah, luka akibat proses keganasan, luka bakar disertai infeksi MRSA, dan mastoiditis subakut.

E. Kontraindikasi terapi maggot

Terdapat kontraindikasi relatif dan kontraindikasi absolut untuk terapi larva. Yang termasuk kontraindikasi relatif yaitu:

  1. Luka yang kering, karena larva memerlukan lingkungan yang lembab.
  2. Pasien yang tidak memahami penggunaan terapi larva.
  3. Luka yang membutuhkan inspeksi yang sering.

Yang termasuk kontraindikasi absolut yaitu:

  1. Luka terbuka yang berhubungan dengan kavitas tubuh atau organ dalam.
  2. Luka yang dekat dengan pembuluh darah besar.
  3. Luka yang mudah berdarah.
  4. Tulang atau tendon yang nekrotik.
  5. Gangguan perdarahan (herediter atau farmakologik).
  6. Luka yang kurang vaskularisasi (peripheral vascular disease).
  7. Alas luka yang ditutupi kerak keras.
  8. Fistula yg belum dilakukan tindakan pembedahan.
  9. Alergi terhadap telur, kedelai, brewer’s yeast, dan larva.
  10. Semua keadaan dimana debridement merupakan kontraindikasi.

Tinggalkan Balasan