PENYAKIT PARKINSON PADA LANSIA

Penyakit parkinson merupakan proses degeneratif yang melibatkan neuron dopaminergik dalam substansia nigra (daerah ganglia basalis yang memproduksi dan menyimpan neurotransmitter dopamin). Daerah ini memainkan peran yang penting dalam sistem ekstrapiramidal yang mengendalikan postur tubuh dan koordinasi gerakan motorik volunter, sehingga penyakit ini karakteristiknya adalah gejala yang terdiri dari bradikinesia, rigiditas, tremor dan ketidakstabilan postur tubuh (kehilangan keseimbangan).

Parkinsonism adalah suatu sindrom yang ditandai oleh tremor waktu istirahat, rigiditas, bradikinesia, dan hilangnya refleks postural akibat penurunan kadar dopamine dengan berbagai macam sebab.

Beberapa hal yang diduga bisa menyebabkan timbulnya penyakit parkinson adalah sebagai berikut:

1. Usia

Penyakit Parkinson adalah penyakit neurodegeneratif yang paling lazim setelah penyakit Alzheimer, dengan insidens di Inggris kira-kira 20/100.000 dan prevalensinya 100-160/100.000. Prevalensinya kira-kira 1% pada umur 65 tahun dan meningkat 4-5% pada usia 85 tahun.

2. Genetik

Komponen genetik pada penyakit Parkinson telah lama dibicarakan, karena kebanyakan pasien memiliki penyakit sporadis dan penelitian awal pada orang kembar memperlihatkan persamaan rata-rata rendah dari concordance pada kembar monozigot dan dizigot. Pandangan bahwa genetik terlibat pada beberapa bentuk penyakit Parkinson telah diperkuat, bagaimanapun, dengan penelitian bahwa kembar monozigot dengan onset penyakit sebelum usia 50 tahun memiliki pembawa genetic yang sangat tinggi, lebih tinggi dari kembar dizigot dengan penyakit early-onset. Lebih jauh, tanpa memperhatikan usia onset, hal yang nyata terlihat antara kembar monozigot dapat ditingkatkan secara signifikan jika uptake dopaminergik striatal abnormal pada kembar tanpa gejala dari pasangan yang tidak harmonis, sebagai pernyataan oleh tomografi emisi positron dengan fluorodopa F18, digunakan sebagai tanda penyakit Parkinson presimtomatik. Peningkatan risiko penyakit Parkinson juga dapat dilihat pada hubungan tingkat-pertama pasien, biasanya ketika hasil tomografi emisi positron hubungan asimtomatik diambil untuk dihitung, memenuhi bukti lebih lanjut dari adanya komponen genetik terhadap penyakit.

Penelitian menunjukkan adanya mutasi genetik yang berperan pada penyakit Parkinson. Yaitu mutasi pada gen α-sinuklein pada lengan panjang kromosom 4 (PARK 1) pada pasien dengan Parkinsonism autosomal dominan. Pada pasien dengan autosomal resesif parkinson, ditemukan delesi dan mutasi point pada gen parkin (PARK 2) di kromosom 6. Selain itu juga ditemukan adanya disfungsi mitokondria.6

Adanya riwayat penyakit Parkinson pada keluarga meningkatkan faktor resiko menderita penyakit Parkinson sebesar 8,8 kali pada usia kurang dari 70 tahun dan 2,8 kali pada usia lebih dari 70 tahun. Meskipun sangat jarang, jika disebabkan oleh keturunan, gejala parkinsonism tampak pada usia relatif muda. Kasus-kasus genetic di USA sangat sedikit, belum ditemukan kasus genetika pada 100 penderita yang diperiksa. Di Eropa pun demikian. Penelitian di Jerman menemukan hasil nol pada 70 penderita. Contoh klasik dari penyebab genetika ditemukan pada keluarga-keluarga di Italia karena kasus penyakit itu terjadi pada usia 46 tahun.

3. Periode

Fluktuasi jumlah penderita penyakit Parkinson tiap periode mungkin berhubungan dengan hasil pemaparan lingkungan yang episodik, misalnya proses infeksi, industrialisasi ataupun gaya hidup. Data dari Mayo Klinik di Minessota, tidak terjadi perubahan besar pada angka morbiditas antara tahun 1935 sampai tahun 1990. Hal ini mungkin karena faktor lingkungan secara relatif kurang berpengaruh terhadap timbulnya penyakit Parkinson.

4. Faktor Lingkungan

a. Xenobiotik

Berhubungan erat dengan paparan pestisida yang dapat menimbulkan kerusakan mitokondria.

b. Pekerjaan

Lebih banyak pada orang dengan paparan metal yang lebih tinggi dan lama.

c. Infeksi

Paparan virus influenza intrautero diduga turut menjadi faktor predisposisi penyakit parkinson melalui kerusakan substansia nigra. Penelitian pada hewan menunjukkan adanya kerusakan substansia nigra oleh infeksi Nocardia astroides.

d. Diet

Konsumsi lemak dan kalori tinggi meningkatkan stres oksidatif, salah satu mekanisme kerusakan neuronal pada penyakit parkinson. Sebaliknya, kopi merupakan neuroprotektif.

e. Ras

Angka kejadian Parkinson lebih tinggi pada orang kulit putih dibandingkan kulit hitam.

f. Trauma kepala

Cedera kranio serebral bisa menyebabkan penyakit parkinson, meski peranannya masih belum jelas benar.

g. Stress dan Depresi

Beberapa penelitian menunjukkan depresi dapat mendahului gejala motorik. Depresi dan stres dihubungkan dengan penyakit parkinson karena pada stres dan depresi terjadi peningkatan turnover katekolamin yang memacu stres oksidatif.

Pengobatan intensif oleh dokter

Cara pertama yang paling efektif untuk merawat penderita penyakit ini yaitu dengan memberikan terapi obat sesuai petunjuk dan pengawasan dokter. Namun dalam kasusnya, tahap ini bekerja untuk menghilangkan gejala parkinson saja. Hal ini membantu mengurangi gejala penyakit dan untuk mempercepat proses pemulihan fungsi serta sistem kerja saraf serta otak. Sehingga berbagai macam penyakit saraf dapat reda secara perlahan. Tubuh pun dapat kembali melakukan aktivitas dengan baik. Dengan melakukan terapi pengobatan teratur maka gejala parkinson dapat diatasi dan ditekan lebih maksimal.

1.      Rajin konsumsi vitamin

Pasien harus rutin mengkonsumsi vitamin terutama vitamin B12 yang berguna bagi kesehatan saraf tubuh. Dengan asupan vitamin yang mencukupi, maka saraf dan otak dapat bekerja dengan maksimal dan baik. Selain itu, vitamin dapat pula membantu mencegah ataupun mengurangi gejala tremor yang umumnya dialami penderita parkinson.

2.      Rajin olahraga

Untuk menyembuhkan parkinson ini, pasien dapat dibiasakan dengan rajin melakukan olahraga. Jika olahraga dengan teratur maka fungsi saraf dan otak pasien akan lebih optimal.

3.      Kurangi aktivitas berat

Mengurangi aktivitas berat dapat mencegah otot pasien parkinson mengalami kelelahan dan terhindar dari gejala gemetar yang menyebabkan awal penyakit ini. Oleh sebab itu selalu batasi aktivitas fisik terlebih pada lansia.

4.      Waktu Istirahat Cukup

Upayakan tubuh pasien penyakit parkinson memiliki waktu istirahat yang cukup. Usahakan agar pasien tidak terlalu capek dalam melakukan sesuatu atau aktivitas harian. Tujuannya tak lain agar saraf memiliki waktu untuk istirahat dan tidak terlalu lelah.

5.      Penuhi asupan nutrisi

Agar efek dari penyakit parkinson ini dapat diatasi dengan tepat, sebaiknya penuhi kebutuhan asupan nutrisi tubuh dengan zat pendukung pertumbuhan. Misalnya dengan memberikan pasien asupan makanan yang tinggi kandungan protein serta mineral seperti zat besi dan kalsium. Sehingga tubuh penderita parkinson dapat memulihkan diri dari tanda-tanda penyakit parkinson secara alami. Dengan asupan nutrisi yang maksimal dari sumber makanan harian, maka tubuh dapat pulih dan fungsi saraf akan kembali normal seperti sedia kala.

6.      Perawatan home care di rumah

 

Pasien dengan penyakit parkinson perlu pendampingan perawat home care khususnya bagi lansia. Hal ini dikarenakan dengan timbulnya penyakit secara tiba-tiba, maka perawat home care bisa mengatasinya dengan cara medis. Jika Anda membutuhkan layanan perawat home care, segera konsultasikan perawatan kesehatan melalui telp\wa:082244443565 atau klik link di www.pediscaregiver.com. Banyak terdapat program perawat homecare seperti program perawat pasca stroke, program perawatan diabetes dan program perawatan home visit.

Tinggalkan Balasan